Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Untuk Alkana
1.
Alkana
a.
Rumus Umum Alkana
Alkana merupakan senyawa
hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua
ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana mempunyai rumus
(James E. Brady):
Nama-nama
sepuluh alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 10 terdapat pada tabel dibawah.
Hal ini merupakan dasar nama-nama seluruh senyawa organik.
b. Gugus
Alkil Gugus
alkil adalah alkana yang telah kehilangan
satu atom H. Gugus
alkil
ini dapat dituliskan dengan menggunakan rumus:
Dengan
menggantikan satu atom H, maka namanya juga akan berubah dari metana menjadi
metil. Berikut ini beberapa gugus alkil yang
biasa digunakan.
Gugus
metil dan gugus etil masing-masing hanya sejenis, yaitu:
Sedangkan
gugus butil ada empat jenis, yaitu:
c.
Tata Nama Alkana
Dalam pemberian nama alkana ini akan
sangat sulit jika hanya menggunakan tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana,
untuk C1 – C10).
Hal ini disebabkan adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya
nama-nama khusus. Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus,
sedangkan awalan iso untuk isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor
dua. Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon
yang mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan
internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan
penamaan senyawa kimia. Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata
nama IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry).
Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau
nama IUPAC,
sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap
digunakan dan disebut dengan nama
biasa atau nama trivial.
Aturan
IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai berikut.
1) Nama
alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Bagian pertama,
di bagian depan, yaitu nama
cabang (cabangcabang)
b. Bagian kedua,
di bagian belakang, yaitu nama
rantai induk.
(John Mc. Murry Fay, 4th ed.)
2) Rantai induk adalah
rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai
terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi
nama alkana,
tergantung pada panjang rantai.
Contoh:
3) Cabang
diberi nama alkil,
yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi
il.
Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n
+ 1 dan
dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang alkil).
4) Posisi
cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori.
Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi
cabang mendapat nomor terkecil. Contoh:
5) Jika
terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di,
tri,
tetra,
penta, dan
seterusnya pada nama cabang.
6) Cabang-cabang
yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu.
Misalnya:
·
Etil ditulis terlebih dahulu daripada
metil.
·
Isopropil ditulis terlebih dahulu
daripada metil.
Berdasarkan aturan tersebut, penamaan alkana dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
- Memberi penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga cabang mendapat nomor terkecil
- Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,), sedangkan antara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (–).
Berikut ini contoh pemberian nama pada
alkana
d.
Isomerisasi pada Alkana
Sebagaimana
telah kita pelajari di depan bahwa pada senyawa hidrokarbon dikenal istilah
isomer. Isomer yang terjadi pada alkana adalah isomer rangka.
Sebagai
contoh C5H12
mempunyai isomer:
Artinya, senyawa dengan rumus molekul C5H12
memiliki 3 isomer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar